BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
pada zaman
global sekarang ini ilmu pengetahuan dan tekhnologi selalu berkembang dan
mengalami kemajuan yang sangat pesat, sesuai perkembangan zaman dan cara
berpikir manusia. Bangsa Indonesia yang merupakan bangsa yang sedang
berkembang. Tidak akan pernah maju selama sumber daya manusianya/masyarakatnya
belum diperbaiki kualitasnya.
Untuk
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas tersebut diperlukan adanya
pendidikan. Pendidikan merupakan akar dari peradaban sebuah bangsa, Sehingga dalam
kehidupannya manusia membutuhkan pendidikan, bahkan hingga akhir hayatnya
seorang manusia akan mengalami proses pendidikan. Sejatinya pendidikan bukanlah
persiapan untuk kehidupan melainkan pendidikan adalah kehidupan itu sendiri yang
konteksnya tidak terbatas. Hal itu
sesuai dengan fungsi pendidikan bahwa pendidikan adalah lahan
untuk mencetak insan-insan terdidik yang akan
membawa
perubahan bagi kehidupan manusia (dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya), untuk mengembangkan kemampuan
serta meningkatkan
mutu kehidupan dan martabat
manusia. Adapun manfaat dari pendidikan itu sendiri yaitu
untuk membentuk manusia yang seutuhnya, yaitu manusia yang lebih bermanfaat untuk masyarakat dibandingkan dengan
orang-orang yang tidak berpendidikan, orang-orang yang berpendidikan
selalu mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam hidupnya. Hal itu karena mereka
selalu dicari dan dibutuhkan manusia lain, orang yang berpendidikan dan berilmu meski sederhana tetapi banyak yang mendapat posisi
terhormat dan mulia, dan orang-orang berpendidikan bisa menikmati kemewahan hidup
tanpa harus mengeluarkan uang pribadi. Pendidikan pada dasarnya adalah
proses komunikasi yang didalamnya mengandung transformasi pengetahuan,
nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan, yang berlangsung sepanjang hayat.
Dari generasi ke generasi dan pendidikan sangat bermakna bagi kehidupan individu,
masyarakat, dan suatu bangsa. Pendidikan sebagai gejala manusiawi dan sekaligus
upaya sadar, didalamnya tidak terlepas dari keterbatasan-keterbatasan yang
dapat melekat pada peserta didik, pendidik, interaksi pendidikan, serta pada
lingkungan dan sasaran pendidikan. Tingkat keutuhan perkembangan dimensi
hakikat manusia ditentukan oleh dua faktor, yaitu kualitas dimensi hakikat
manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas pendidikan yang disediakan
untuk memberikan pelayanan atas perkembangannya. Meskipun ada tendensi
pandangan modern yang lebih cenderung memberikan tekanan lebih pada pengaruh
faktor lingkungan.
Adapun unsur – unsur
pendidikan yaitu tujuan pendidikan, pendidik, peserta didik, kurikulum, alat
pendidikan dan lingkungan. Namun terdapat unsur yang esensial dari pendidikan
itu sendiri yaitu peserta didik dan pendidik. Dalam membentuk manusia seutuhnya
manusia sangatlah membutuhkan pendidikan.
Dengan latar belakang
yang telah terurai diatas penulis ingin membuat sebuah makalah yang temanya Hakikat
Pendidikan, dengan judul “Peran Penting Pendidikan Membentuk Manusia Sejati”.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah dari latar belakang tersebut adalah:
1. Apa pengertian, unsur-unsur, serta hakikat pendidikan?
2. Bagaimana
pentingnya pendidikan?
3. Bagaimana
agama menekankan umatnya untuk memperoleh pendidikan?
4. Apa
cara yang dapat dilakukan dalam membentuk manusia sejati?
C.
Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan pengertian, unsur-unsur, serta hakikat
pendidikan.
2. Menjelaskan pentingnya pendidikan.
3. Menjelaskan penekanan agama
terhadap umatnya dalam memeperoleh pendidikan.
4. Menjelaskan cara yang dapat dilakukan dalam membentuk
manusia sejati.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata Pedagogia (Yunani)
yang terdiri dari kata Paedos (anak) dan Agoge (saya
membimbing) yang menunjuk kepada seorang pelayan pada zaman Yunani kuno yang
pekerjaannya mengantar dan menjemput anak ke dan dari sekolah.
Dalam pengertian yang sederhana dan
umum, pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan
potensi-potensi pembawaan, baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai
yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.
Kalangan para ahli berpendapat
tentang hakikat pendidikan dan batasan pengertiannya dan kesemuanya itu sejalan
dengan isi hati mereka, menurut arah pandangan, pemahaman terhadap hakikat
kehidupan dan tujuan hidup itu.
Ditinjau dari segi Bahasa (Etimologi)
pendidikan berasal dari beberapa bahasa diantaranya :
1. Bahasa Yunani
Berasal dari kata Pedagogi, yaitu dari
kata “paid” artinya anak dan “agogos” artinya membimbing. Itulah sebabnya istilahpedagogi dapat diartikan sebagai
“ilmu dan seni mengajar anak (the art and science of teaching children).
2.
Bahasa Romawi
Berasal dari kata “educare”, yaitu mengeluarkan
dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan
di dunia.
3.
Bangsa Jerman
Berasal dari kata “Erziehung” yang setara
dengan “educare”, yaitu : membangkitkan kekuatan terpendam atau
mengaktifkan kekuatan/potensi anak.
4.
Bahasa Jawa
Berasal dari kata “panggulawentah”
(pengolahan), mengolah, mengubah kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran,
kemauan dan watak, mengubah kepribadian sang anak.
Berdasarkan
etimologi bahasa tersebut dapat diketahui bahwa pendidikan itu adalah ilmu
mengajar dan mengolah potensi yang ada dalam dirinya.
Menurut Undang-Undang
1. UU SISDIKNAS No. 2 tahun 1989 : “Pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/latihan
bagi peranannya di masa yang akan datang”.
2.
UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat”.
3.
GBHN, pendidikan
adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan
di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan menurut para ahli itu diantaranya:
1.
Menurut para ahli, definisi
pendidikan adalah “Berbagai upaya dan usaha yang dilakukan orang dewasa untuk
mendidik nalar peserta didik dan mengatur moral mereka” (Warta Politeknik Negeri
Jakarta, April 2007)
2.
Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan
Nasional Indonesia, 1889-1959) merumuskan pengertian pendidikan sebagai berikut:
“Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti ( karakter,
kekuatan bathin), pikiran (intellect) dan jasmani anak-anak, agar dapat
memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras
dengan alam selaras dengan alam dan masyarakatnya.
3.
Darmaningtyas mengatakan tentang
difinisi pendidikan yaitu pendidikan sebagai usaha dasar dan sistematis untuk
mencapai taraf hidup dan kemajuan yang lebih baik.
4.
Ahmad D. Marimba, education is guidace manner conscius by to teach toward
change bodily and spiritual natalis clestiny formend personality who excellent (Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara
sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani terdidik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama).
5.
S.A. Bratanata dkk, pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan baik langsung maupun dengan
cara yang tidak langsung untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai
kedewasaan.
6.
Drs. Wasty Soemanto. M.Pd, pendidikan adalah proses pembelajaran yang menghasilkan pengalaman yang
memberikan kesejahteraan pribadi, baik lahir maupun bathiniah.
7.
Prof. Dr. Dedi Supriadi, pendidikan merupakan salah satu fungsi yang harus dapat dilakukan dengan
sebaik-baiknya oleh keluarga dan masyarakat secara terpadu dengan berbagai
institusi yang memang diadakan dengan sengaja untuk mengembangkan fungsi
pendidikan.
8.
Dr. Sutari Imam Bernadib, pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup atau
kemajuan yang lebih baik.
9.
Driyarkara, pendidikan adalah pemanusiaan manusia muda . pengangkatan manusia muda ke
taraf insani.
10. Djayakarta, pendidikan adalah memanusiakan manusia muda, maksudnya pengangkatan manusia
muda ke tahap insani. Inilah yang menjelma dalam semua perbuatan mendidik, dan
lain-lain.
11. Prof. Richey, pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas dari pada
proses yang berlangsung didalam sekolah saja.
12. John Dewey, pendidikan dalah rekonstruksi atau reorganisasi pengalaman yang
menambah makna pengalaman, dan yang menambah kemampuan untuk mengrahkan
pengalaman selanjutnya.
13. Brubacher, pendidikan dapat diartikan sebagai proses timbal balik dari tiap
pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam, dengan teman, dan dengan
alam semesta.
Berdasarkan
pendapat di atas disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses yang dilakukan
untuk memanusiakan manusia agar berkembang seluruh aspek potensi baik jasmani
maupun rohaninya untuk mencapai kedewasaan.
Unsur – unsur Pendidikan
Terlepas dari berbagai macam definisi pendidikan yang diutarakan oleh para
ahli, dapat disimpulkan bahwa pendidikan mengandung unsur-unsur sebagai
berikut:
1. Usaha
Pendidikan mengandung unsur usaha. Hal ini dibutuhkan
untuk mencapai sebuah tujuan yang telah direncanakan.
2.
Tujuan
Pendidikan harus memiliki sebuah tujuan yang jelas. Hal ini diperlukan untuk terfokusnya sistem pendidikan yang berlangsung.
Pendidikan harus memiliki sebuah tujuan yang jelas. Hal ini diperlukan untuk terfokusnya sistem pendidikan yang berlangsung.
3.
Lingkungan
Pendidikan harus memiliki suatu lingkungan tertentu. Tanpa adanya lingkungan tersebut, maka pendidikan yang berlangsung akan berjalan dengan tidak teratur.
Pendidikan harus memiliki suatu lingkungan tertentu. Tanpa adanya lingkungan tersebut, maka pendidikan yang berlangsung akan berjalan dengan tidak teratur.
4.
Kesengajaan
Pendidikan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sengaja dan sadar.
Pendidikan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sengaja dan sadar.
Menurut pandangan Paula
Freire pendidikan adalah proses pengaderan dengan hakikat tujuannya adalah
pembebasan. Hakikat pendidikan adalah kemampuan untuk mendidik diri sendiri.
Hakikat Pendidikan
Dalam konteks ajaran Islam hakikat pendidikan adalah
mengembalikan nilai-nilai ilahiyah pada manusia (fitrah) dengan bimbingan
Alquran dan As-Sunnah (Hadits) sehingga menjadi manusia berakhlakul karimah
(insan kamil).
Dengan demikian hakikat pendidikan
adalah sangat ditentukan oleh nilai-nilai, motivasi dan tujuan dari pendidikan
itu sendiri. Maka hakikat pendidikan dapat dirumuskan sebagi berikut:
1. Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai keseimbangan
antara kedaulatan subjek didik
dengan kewibawaan pendidikan.
2.
Pendidikan merupakan usaha penyiapan
subjek didik menghadapi lingkungan yang mengalami perubahan yang semakin pesat;
3.
Pendidikan meningkatkan kualitas
kehidupan pribadi dan masyarakat;
4.
Pendidikan berlangsung seumur
hidup;Pendidikan merupakan kiat dalam
menerapkan prinsip-prinsip ilmu.
menerapkan prinsip-prinsip ilmu.
Dalam kehidupan suatu
bangsa, pendidikan mempunyai
peranan yang amat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup
suatu bangsa. Dalam rangka mewujudkan pembangunan Nasional maka dalam sistem pendidikan dicantumkan
bahwa pendidikan Nasional
adalah erupkan suatu bentuk usaha bangsa Indonesia untuk membentuk
manusia Pancasila sebagaimanusia pembangunan yang tinggi kualitasnya dan
memiliki kemampuan untuk mandiri dan bertanggung jawab serta pemberian
dukungan bagi perkembangan masyarakat bangsa dan negara Indonesia
yang terwujud dalam ketahanan Nasional yang tangguh dan emngandung
terwujudnya kemampuan bangsa menangkal setiap ajaran, faham dan ideologi yang
bertentangan dengan Pancasila (UU Sistem Pendidikan Nasional, 1989). Dengan
demikian dapat difahami bahwa sesungguhnya pendidikan adalah merupakan usaha
sadar yang dilaksanakan untuk memungkinkan manusia Indonesia dapat
mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya dimasa yang akan datang
serta mengembangkan diri secara terus menerus dari satu generasi kegenerasi
lainnya. Pendidikan kemudian berarti sebagai salah satu bentuk upaya dalam
pembangunan yang sekaligus menjadi alat dan tujuan yang amat
penting dalam perjuangan mencapai cita-cita dan tujuan Nasional.
Secara umum menurut H. A. R. Tilaar hakikat pendidikan
mempunyai beberapa komponen sebagai berikut:
a. Pendidikan
adalah merupakan suatu proses berkesinambungan
Proses
berkesinambungan yang terus menerus dalam arti adanya interaksi dalam
lingkungannya. Lingkungan tersebut berupa lingkungan manusia, lingkungan
sosial, lingkungan budayanya dan ekologinya. Proses pendidikan adalah proses
penyelamatan kehidupan sosial dan penyelamatan lingkungan yang memberikan
jaminan hidup yang berkesinambungan.
b. Proses
Pendidikan berarti menumbuh kembangkan eksistensi manusia
Eksistensi atau keberadaan manusia
adalah suatu keberadaan interaktif. Eksistensi manusia selalu berarti dengan
hubungan sesama manusia baik yang dekat maupun dalam ruang lingkup yang semakin
luas dengan sesama manusia di dalam planet bumi ini. Proses pendidikan bukan
hanya mempunyai dimensi lokal tetapi juga berdimensi nasional dan global.
c. Eksistensi
manusia yang memasyarakat
Proses pendidikan adalah proses mewujudkan eksistensi
manusia yang memasyarakat. Jauh Dewey mengatakan bahwa tujuan pendidikan tidak
berada di luar proses pendidikan itu tetapi di dalam pendidikan sendiri karena
sekolah adalah bagian dari masyarakat itu sendiri. Apabila pendidikan di
letakkan di dalam tempatnya yang sebenarnya ialah sebagai bagian yang tak
terpisahkan dari kehidupan manusia yang pada dasarnya adalah kehidupan
bermoral.
d. Proses
Pendidikan dalam masyarakat yang berbudaya
Inti dari kehidupan bermasyarakat
adalah nilai-nilai. Nilai-nilai tersebut perlu dihayati, dilestarikan,
dikembangkan dan dilaksanakan oleh seluruh anggota masyarakatnya. Penghayatan
dan pelaksanaan nilai-nilai yang hidup, keteraturan dan disiplin para
anggotanya. Tanpa keteraturan dan disiplin maka suatu kesatuan hidup akan bubar
dengan sendirinya dan berarti pula matinya suatu kebudayaan.
e. Proses yang
memiliki dimensi ruang dan waktu
Dengan dimensi waktu, proses tersebut mempunyai aspek-aspek
historisitas, kekinian dan visi masa depan. Aspek historisitas berarti bahwa
suatu masyarakat telah berkembang di dalam proses waktu, yang menyejarah,
berarti bahwa kekuatan-kekuatan historis telah menumpuk dan berasimilasi di
dalam suatu proses kebudayaan. Proses pendidikan adalah proses pembudayaan. Dan
proses pembudayaan adalah proses pendidikan. Menggugurkan pendidikan dari
proses pembudayaan merupakan alienasi dari hakikat manusia dan dengan demikian
alienasi dari proses humanisasi. Alienasi proses pendidikan dari kebudayaan
berarti menjauhkan pendidikan dari perwujudan nilai-nilai moral di dalam
kehidupan manusia.
Hakikat pendidikan itu dapat dikategorisasikan dalam dua pendapat yaitu
pendekatan epistemologis dan pendekatan ontologi atau metafisik. Kedua
pendekatan tersebut tentunya dapat melahirkan jawaban yang berbeda-beda
mengenai apakah hakikat pendidikan itu.
Di dalam pendidikan epistemologis yang menjadi masalah adalah akar atau
kerangka ilmu pendidikan sebagai ilmu. Pendekatan tersebut mencari makna
pendidikan sebagai ilmu yaitu mempunyai objek yang akan merupakan dasar
analisis yang akan membangun ilmu pengetahuan yang disebut ilmu pendidikan.
Dari sudut pandang pendidikan dilihat sebagai sesuatu proses yang interen dalam
konsep manusia. Artinya manusia hanya dapat dimanusiakan melalui proses
pendidikan.
Berbagai pendapat mengenai hakikat pendidikan dapat digolongkan atas dua
kelompok besar yaitu :
1.
Pendekatan reduksionisme
Dalam hal
ini akan dibicarakan berbagai pendekatan reduksionaisme sebagai
berikut :
a. Pendekatan
pedagogis / pedagogisme
Titik tolak dari teori ini ialah anak yang akan di besarkan
menjadi manusia dewasa. Pandangan ini apakah berupa pandangan nativisme
schopenhouer serta menganut penganutnya yang beranggapan bahwa anak telah
mempunyai kemampuan-kemampuan yang dilahirkan dan tinggal di kembangkan saja.
b. Pendekatan
Filasofis/religionisme
Anak manusia mempunyai
hakikatnya sendiri dan berada dengan hakikat orang dewasa. Oleh sebab itu,
proses pendewasaan anak bertitik tolak dari anak sebagai manusia yang mempunyai
tingkat-tingkat perkembangan sendiri.
c. Pendekatan
religius/religionisme
Pendekatan religious/religionisme dianut oleh
pemikir-pemikir yang
melihat hakikat manusia sebagai makhluk yang religious. Namun demikian
kemajuan ilmu pengetahuan yang sekuler tidak menjawab terhadap kehidupan yang
bermoral.
d. Pendekatan
psikologis/psikologisme
Pandangan-pandangan pedagogisme seperti yang telah diuraikan
telah lebih memacu masuknya psikologi ke dalam bidang ilmu pendidikan hal
tersebut telah mempersempit pandangan para pendidik seakan-akan ilmu pendidikan terbatas kepada ilmu
mengajar saja.
e. Pendekatan
negativis/negativisme
Pendidikan ialah menjaga pertumbuhan anak.
Dengan demikian pandangan negativisme ini melihat
bahwa segala sesuatu seakan-akan telah tersedia di dalam diri anak yang bertumbuh dengan baik
apabila tidak dipengaruhi oleh hal-hal yang merugikan pertumbuhan tersebut.
f. Pendekatan
sosiologis/sosiologismu
Pandangan sosiologisme cenderung berlawanan arah dengan
pedagogisme. Titik tolak dari pandangan ini ialah prioritas kepada kebutuhan masyarakat dan bukan kepada kebutuhan
individu
Peserta didik adalah anggota masyarakat. Dalam sejarah
perkembangan manusia kita lihat bahwa tuntutan
masyarakat tidak selalu etis. Versi yang lain dari pandangan ini ialah develop
mentalisme. Proses pendidikan diarahkan kepada pencapaian target-target
tersebut dan tidak jarang nilai-nilai kemanusiaan disubordinasikan untuk mencapai
target pembangunan. Pengalaman pembangunan Indonesia selama Orde Baru telah
mengarah kepada paham developmentalisme yang menekan kepada pencapaian
pertumbuhan yang tinggi, target pemberantasan buta huruf, target pelaksanaan
wajib belajar 9 dan 12 tahun.
2.
Pendekatan holistik integratif
B. Pentingnya Pendidikan
Pendidikan merupakan
hal yang terpenting dalam kehidupan kita,ini berarti bahwa setiap manusia
berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan.
Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam
mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan.
Sehingga menjadi seorang yang terdidik itu sangat penting. Pendidikan pertama
kali yang kita dapatkan di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan
lingkungan masyarakat.
Seorang anak yang
disayangi akan menyayangi keluarganya ,sehingga anak akan merasakan bahwa anak
dibutuhkan dalam keluarga. Sebab merasa keluarga sebagai sumber kekuatan yang
membangunya.Dengan demikian akan timbul suatu situasi yang saling
membantu,saling menghargai,yang sangat mendukung perkembangan anak. Di dalam keluarga yang
memberi kesempatan maksimum pertumbuhan,dan perkembangan adalah orang tua.Dalam
lingkungan keluarga harga diri berkembang karena dihargai,diterima,dicintai,dan
dihormati sebagai manusia . Itulah pentingnya mengapa kita menjadi orang yang
terdidik di lingkungan keluarga. Orang tua mengajarkan kepada kita mulai sejak
kecil untuk menghargai orang lain.
Sedangkan di lingkungan
sekolah yang menjadi pendidikan yang kedua dan apabila orang tua mempunyai
cukup uang maka dapat melanjutkannya ke jenjang yang lebih tinggi dan akan
melanjutkan ke Perguruan Tinggi kemudian menjadi seorang yang terdidik .
Alangkah pentingnya pendidikan itu. Guru sebagai media pendidik memberikan
ilmunya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Peranan guru sebagai pendidik
merupakan peran memberi bantuan dan dorongan ,serta tugas-tugas yang
berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak dapat mempunyai rasa
tanggung jawab dengan apa yang dia lakukan. Guru juga harus berupaya agar
pelajaran yang diberikan selalu cukup untuk menarik minat anak .
Selain itu peranan
lingkungan masyarakat juga penting bagi anak didik . Hal ini berarti
memberikan gambaran tentang bagaimana kita hidup bermasyarakat.Dengan demikian
bila kita berinteraksi dengan masyarakat maka mereka akan menilai kita,bahwa
tahu mana orang yang terdidik,dan tidak terdidik. Di zaman Era
Globalisasi diharapkan generasi muda bisa mengembangkan ilmu yang didapat sehingga
tidak ketinggalan dalam perkembangan zaman. Itulah pentingnya menjadi seorang
yang terdidik baik di lingkungan Keluarga,Sekolah,dan Masyarakat.
C. Islam Menekankan Pendidikan
Sebagai agama, Islam
memiliki ajaran yang lebih sempurna dan komprehensif. Sebagai agama yang
sempurna, Islam dipersiapkan untuk menjadi pedoman hidup sepanjang zaman. Islam
tidak hanya mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di akhirat, ibadah dan
penyerahan diri kepada Allah saja. Melainkan juga mengatur cara mendapatkan
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat, termasuk di dalamnya mengatur
masalah pendidikan.
Sumber utama untuk
mengatur kehidupan dunia dan akhirat tersebut adalah al-Qur’an dan
Sunnah. Sebagai sumber ajaran, al-Qur’an sebagaimana telah dibuktikan oleh para
peneliti ternyata menaruh perhatian yang besar terhadap masalah pendidikan dan
pengajaran. Demikian pula dengan hadis, sebagai sumber ajaran Islam, diakui
memberikan perhatian yang amat besar terhadap masalah pendidikan.
Di dalam al-Qur’an
dengan sangat jelas Allah Swt berjanji akan meninggikan derajat orang-orang
yang berilmu dan beriman: Yarfa’illahulladzina amanu walladzina utul
’ilma darajat (QS. QS. Al-Mujadilah [58]: : 11). Ayat ini menunjukkan
bahwa proses memperoleh ilmu atau pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada
derajat yang tinggi. Di samping itu, ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah
yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah Swt. Ayat
di atas adalah sebagian kecil dari contoh betapa agama Islam sangat memandang
ilmu sebagai alat yang penting dalam kehidupan. Banyak sekali kata-kata atau
perintah-perintah di dalam al-Qur’an yang menunjukkan agar manusia ini berilmu,
berpikir, merenung dan sebagainya.
Kalau ditelisik lebih
jauh, sebenarnya aktivitas pendidikan telah dan akan terus berjalan semenjak
manusia pertama ada di dunia sampai berakhirnya kehidupan di muka bumi ini.
Bahkan kalau ditarik mundur lebih jauh lagi, kita akan dapatkan bahwa
pendidikan telah mulai berproses semenjak Allah swt. menciptakan manusia
pertama Adam di surga dimana Allah telah mengajarkan kepada beliau semua
nama-nama yang oleh para malaikat belum dikenal sama sekali (QS Al Baqarah:
31-33).
Tidak hanya di dalam
Al-Qur’an saja, hadis-hadis Nabi Muhammad Saw. pun banyak berbicara tentang
pentingnya ilmu. Nabi Muhammad Saw. telah mencanangkan program pendidikan
seumur hidup (long life education), sebagaimana hadis Uthlubul
’Ilma Minal Lahdi Ilal Mahdi (Carilah ilmu sejak dari ayunan hingga liang
kubur). Nabi Muhammad Saw. mewajibkan bagi orang Islam, baik laki-laki maupun
perempuan untuk menuntut ilmu (Thalabul ’Ilmi Faridhatun ’ala kulli
muslimin wa muslimatin).
Nabi Muhammad Saw. Juga
pernah bersabda: ”Carilah ilmu sampai ke negeri Cina” (Uthlubul ’Ilma walau
bissin). Hadis ini merupakan indikasi nyata urgensi pendidikan. Ketika
Rasulullah menganjurkan untuk belajar sampai ke negeri Cina tentu bukan harus
belajar tafsir di sana, sebab bukan tempatnya. Begitu juga di Cina bukan tempat
untuk belajar shalat ataupun menunaikan zakat. Cina pada zaman Nabi Muhammad
SAW, 14 abad silam, adalah negara yang sudah maju dalam ilmu pengetahuan,
teknologi, industri, dan perdagangan. Sehingga, Rasulullah menyuruh umatnya
untuk belajar teknologi, perdagangan, dan industri sekalipun kepada orang yang
berbeda keyakinan. Begitu istimewanya pendidikan dalam Islam sampai
diperbolehkan oleh Rasulullah untuk iri kepada mereka.
Khasanah Islam lainnya
dalam sejarah para sahabat pun mengisahkan tentang pentingnya ilmu. Ada suatu
kisah dari Muadz bin Jabal Ra. Beliau berkata: “Andaikata orang yang
berakal itu mempunyai dosa pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir,
maka akhirnya dia cenderung masih bisa selamat dari dosa tersebut. Namun
sebaliknya, andaikata orang bodoh itu mempunyai kebaikan dan kebajikan pada
pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya ia cenderung tidak
bisa mempertahankannya sekalipun hanya seberat biji sawi.”
Ada yang
bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Ia menjawab, “Sesungguhnya
jika orang berakal itu tergelincir, maka ia segera menyadarinya dengan cara
bertaubat, dan menggunakan akal yang dianugerahkan kepadanya. Tetapi orang
bodoh itu ibarat orang yang membangun dan langsung merobohkannya karena
kebodohannya ia terlalu mudah melakukan apa yang bisa merusak amal salihnya.”
Orang berakal tahu mana
yang baik dan buruk. Bila ia melakukan kesalahan maka ia akan langsung sadar
dan segera memperbaiki. Sedangkan orang bodoh, meskipun ia telah berbuat baik,
namun bisa jadi ia akan melakukan kesalahan yang fatal karena kebodohannya.
Kebodohan adalah salah
satu faktor yang menghalangi masuknya cahaya Islam. Oleh karena itu, manusia
butuh terapi agar menjadi makhluk yang mulia dan dimuliakan oleh Allah Swt.
Kemuliaan manusia terletak pada akal yang dianugerahi Allah.
Akal ini digunakan
untuk mendidik dirinya sehingga memiliki ilmu untuk mengenal penciptanya dan
beribadah kepada-Nya dengan benar. Itulah sebabnya Rasulullah Saw. menggunakan
metode pendidikan untuk memperbaiki manusia, karena dengan pendidikanlah
manusia memiliki ilmu yang benar. Dengan demikian, ia terhindar dari
ketergelinciran pada maksiat, kelemahan, kemiskinan dan terpecah belah.
Walhasil, diakui dengan
jelas bahwa pendidikan merupakan jembatan yang menyeberangkan orang dari
keterbelakangan menuju kemajuan, dan dari kehinaan menuju kemuliaan, serta dari
ketertindasan menjadi merdeka. Dan yang tak kalah penting adalah menjadikan
manusia yang fana ini ’abadi’.
Orang yang memiliki
ilmu, well-educated, well-versed dan bermanfaat ilmunya,
ia akan dikenal meski ia telah mati. Ia akan abadi namanya, meski jasadnya
sudah tiada. Pendidikanlah yang menjadikan ia abadi. Pendidikan mengabadikan
yang fana. Itulah ajaran agama. Sejarah telah membuktikan hal itu.
Manusia mendapat
kehormatan menjadi khalifah di muka bumi untuk mengolah alam beserta isinya.
Hanya dengan ilmu dan iman sajalah tugas kekhalifahan dapat ditunaikan menjadi
keberkahan dan manfaat bagi alam dan seluruh makhluk-Nya. Tanpa iman akal akan
berjalan sendirian sehingga akan muncul kerusakan di muka bumi dan itu akan
membahayakan manusia. Demikian pula sebaliknya iman tanpa didasari dengan ilmu
akan mudah terpedaya dan tidak mengerti bagaimana mengolahnya menjadi
keberkahan dan manfaat bagi alam dan seisinya.
D.
Membentuk
Manusia Sejati
Menjadi manusia yang
sebenar-benarnya (jalma sejati), atau manusia sejati merupakan sebuah
usaha yang sulit. Diperlukan usaha yang lebih untuk dapat mewujudkannya
daripada sekedar belajar ilmu keduniawian. Bahwa manusia merupakan pertemuan
dua sifat, yaitu sifat ketuhanan dan nafsu memang benar. Dengan adanya nafsu
itulah manusia menjadi makhluk Tuhan yang konon paling sempurna. Dengan nafsu
manusia mampu menjadi makhluk mulia melebihi malaikat, akan tetapi dengan nafsu
yang tak terkendali, nafsu yang diumbar, akan menjadikan manusia makhluk yang
bahkan lebih rendah daripada binatang. Itulah nafsu. Allah SWT menjadikan nafsu
sebagai alat ukur untuk mengamati tingkatan seseorang.
Kemudian sifat ketuhanan (sifat
ilahi) yang ada pada diri manusia sesungguhnya adalah sebagai pengontrol nafsu.
Alat ini dipicu oleh akal, yang juga merupakan salah satu faktor yang membuat
manusia konon merupakan makhluk Tuhan paling sempurna. Dengan akal manusia
berpikir, yang membuat manusia cerdas, mampu membedakan benar salah, halal
haram, ataupun hal-hal lainnya. Dengan akal manusia mampu mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang ada di benaknya, menguak misteri dunia, memecahkan
rahasia-rahasia Tuhan yang tersebar di dunia ini, dan seterusnya, hingga
memikirkan kematian.
Untuk menjadi manusia sejati,
sebenarnya lebih dari kalimat pembukaan di atas. Ada beberapa hal yang dapat
dijadikan pertimbangan bagi manusia untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
1. Cerdas
Seperti yang telah diutarakan di
atas, bahwa dengan akal, manusia mampu berpikir, dan kemudian membuat manusia cerdas.
Dibutuhkan kecerdasan untuk memikirkan segala hal di dunia ini. Halal haram,
benar salah, dan hal-hal lainnya.
Untuk menjadi cerdas, manusia perlu
berusaha. Semua manusia diciptakan untuk menjadi cerdas, asal mau berusaha,
yaitu belajar dan berdoa. Kecerdasan dunia (ilmu-ilmu duniawi) lebih mudah
diraih daripada kecerdasan spiritual. Butuh usaha yang lebih untuk memperoleh
kecerdasan spiritual. Pada intinya kecerdasan spiritual merupakan penyeimbang
kecerdasan duniawi, karena kecerdasan duniawi tanpa kecerdasan spiritual
menjadikan manusia cerdas tapi tidak mengenal iman. Kecerdasan spiritual dapat
diperoleh dengan mempelajari ilmu agama atau kebudayaan (kearifan lokal).
2.
Sungguh-sungguh
Segala sesuatu diawali dengan niat.
Dengan niat menjadikan manusia lebih sungguh-sungguh akan sesuatu.
3.
Sabar
Konsep “alon-alon waton klakon”
adalah sebuah nasihat yang baik bagi manusia. Buktinya konsep ini tidak hanya
ada di Indonesia, tapi juga ada di luar negeri (Inggris atau Amerika), dengan
slow but sure. Akan tetapi konsep ini sering disalahartikan sebagai konsep
pemalas. “Yang penting”, adalah pengertian keliru yang selama ini melekat pada
nasihat lawas ini.
Alon-alon waton klakon, adalah
pelajaran tentang kesabaran akan sesuatu. Segala sesuatu jika dikerjakan dengan
terburu-buru hasilnya tentu tidak baik. Pun dalam menuntut ilmu. Bahwa
bagaimana bersungguh-sungguh untuk mendapatkan sesuatu, serta prosesnya, adalah
yang ingin disampaikan oleh nasihat ini. Sebagai contoh, mahasiswa yang
mendapat nilai C, kemudian mengulang tahun berikutnya hingga memperoleh nilai A
atau B, itu adalah proses. Dengan mengulang, seorang mahasiswa akan memperoleh
pendalaman ilmu yang belum terlalu dipahami. Itulah sebenarnya “alon-alon
waton klakon”, sabar dalam segala hal.
4. Modal
Modal, dalam hal ini adalah dana.
Mengapa? Untuk menempuh pendidikan, atau menuntut ilmu, tentunya membutuhkan
dana yang tidak sedikit. Oleh karena itu, jadilah manusia cerdas, karena
kecerdasan mampu mendatangkan rejeki.
5.
Guru
“nanging yen
sira anggeguru kaki, amiliya manungsa kang nyata ingkang becik martabate, sarta
kang wruh ing kukum, kang ngibadah lan kang wirangi, sukur oleh wong tapa,
ingkang wus amungkul, iku pantes sira guronono kaki, sartane kawruhana”
Satu lagi nasihat dari leluhur,
bahwa guru adalah hal yang terpenting untuk membentuk karakter manusia. Akan
tetapi, tidak mudah untuk mencari guru sejati. Guru sejati tidak hanya
mengajar, tapi juga mendidik. Dalam sebuah teori pendidikan, guru merupakan salah
satu unsur pembentuk karakter manusia, disamping lingkungan (keluarga,
masyarakat). Carilah guru yang pantas untuk digugu lan ditiru (dipatuhi
dan ditiru), bukan guru yang wagu tur saru (tak pantas dan sembarangan).
Dalam tembang di atas, digambarkan
untuk mencari guru sejati itu sulit, terutama untuk era sekarang ini. Apalagi
mencari guru yang baik pekertinya, tahu sopan santun, yang beriman dan percaya
kepada Tuhan, guru yang kuat mental spiritualnya. Namun ketika menemukan guru
yang seperti itu, ambillah ilmu darinya.
6. Waktu
Waktu berhubungan dengan sabar. Tentunya untuk mencari ilmu yang lebih,
tentu membutuhkan waktu yang lebih baik, dan itu membutuhkan kesabaran yang
lebih. Carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat, atau tuntutlah ilmu sampai ke
negeri Cina, adalah dua pesan Nabi Muhammad yang bisa digunakan untuk
menggambarkan aspek “waktu” ini.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah diuraikan
dapat disimpulkan bahwa :
1.
Pendidikan merupakan
hal yang terpenting dalam kehidupan kita,ini berarti bahwa setiap manusia
berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan.Di zaman
Era Globalisasi diharapkan generasi muda bisa mengembangkan ilmu yang didapat
sehingga tidak ketinggalan dalam perkembangan zaman. Itulah pentingnya menjadi
seorang yang terdidik baik di lingkungan Keluarga,Sekolah,dan Masyarakat.
2.
Tanpa iman akal akan
berjalan sendirian sehingga akan muncul kerusakan di muka bumi dan itu akan
membahayakan manusia. Demikian pula sebaliknya iman tanpa didasari dengan ilmu
akan mudah terpedaya dan tidak mengerti bagaimana mengolahnya menjadi
keberkahan dan manfaat bagi alam dan seisinya.
3.
Menjadi manusia yang
sebenar-benarnya (jalma sejati), atau manusia sejati merupakan sebuah
usaha yang sulit. Diperlukan usaha yang lebih untuk dapat mewujudkannya
daripada sekedar belajar ilmu keduniawian. Diperlukan beberapa hal yang dapat
dijadikan pertimbangan bagi manusia untuk menjadi pribadi yang lebih baik yaitu
cerdas, sungguh-sungguh, sabar, modal, guru, dan waktu.
Hidayat,
Dudung Rahmat.Hakikat pendidikan. (online).
sumber: Pawiti, Sri. 2012. Pengantar
Pendidikan. Yogyakarta: Universitas PGRI Yogyakarta.
http://iksanputroeaceh.wordpress.com/2011/10/24/makalah-ahkikat-pendidikan/,http://no3vie.wordpress.com/pentingnya-pendidikan-bagi-semua-orang/,
http://kafeis.or.id/artikel/motivasi/503-pentingnya-pendidikan-bagi-masa-depan,
http://nglengkong.blogspot.com/2011/07/menjadi-manusia-sejati.html,
Menangkan Jutaan Rupiah dan Dapatkan Jackpot Hingga Puluhan Juta Dengan Bermain di www(.)SmsQQ(.)com
BalasHapusKelebihan dari Agen Judi Online SmsQQ :
-Situs Aman dan Terpercaya.
- Minimal Deposit Hanya Rp.10.000
- Proses Setor Dana & Tarik Dana Akan Diproses Dengan Cepat (Jika Tidak Ada Gangguan).
- Bonus Turnover 0.3%-0.5% (Disetiap Harinya)
- Bonus Refferal 20% (Seumur Hidup)
-Pelayanan Ramah dan Sopan.Customer Service Online 24 Jam.
- 4 Bank Lokal Tersedia : BCA-MANDIRI-BNI-BRI
8 Permainan Dalam 1 ID :
Poker - BandarQ - DominoQQ - Capsa Susun - AduQ - Sakong - Bandar Poker - Bandar66
Info Lebih Lanjut Hubungi Kami di :
BBM: 2AD05265
WA: +855968010699
Skype: smsqqcom@gmail.com