Selamat Datang di Blog Anna

Pages

lari

lari

Jumat, 06 Desember 2013

MAKALAHPERAN PENTING PENDIDIKAN MEMBENTUK MANUSIA SEJATI



BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
pada zaman global sekarang ini ilmu pengetahuan dan tekhnologi selalu berkembang dan mengalami kemajuan yang sangat pesat, sesuai perkembangan zaman dan cara berpikir manusia. Bangsa Indonesia yang merupakan bangsa yang sedang berkembang. Tidak akan pernah maju selama sumber daya manusianya/masyarakatnya belum diperbaiki kualitasnya.
Untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas tersebut diperlukan adanya pendidikan. Pendidikan merupakan akar dari peradaban sebuah bangsa, Sehingga dalam kehidupannya manusia membutuhkan pendidikan, bahkan hingga akhir hayatnya seorang manusia akan mengalami proses pendidikan. Sejatinya pendidikan bukanlah persiapan untuk kehidupan melainkan pendidikan adalah kehidupan itu sendiri yang konteksnya tidak terbatas. Hal itu sesuai dengan fungsi pendidikan bahwa pendidikan adalah lahan untuk mencetak insan-insan terdidik yang akan
membawa perubahan bagi kehidupan manusia (dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya), untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia. Adapun manfaat dari pendidikan itu sendiri yaitu untuk membentuk manusia yang seutuhnya, yaitu manusia yang lebih bermanfaat untuk masyarakat dibandingkan dengan orang-orang yang tidak berpendidikan, orang-orang yang berpendidikan selalu mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam hidupnya. Hal itu karena mereka selalu dicari dan dibutuhkan manusia lain, orang yang berpendidikan dan berilmu meski sederhana tetapi banyak yang mendapat posisi terhormat dan mulia, dan orang-orang berpendidikan bisa menikmati kemewahan hidup tanpa harus mengeluarkan uang pribadi. Pendidikan pada dasarnya adalah proses komunikasi yang didalamnya mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan, yang berlangsung sepanjang hayat. Dari generasi ke generasi dan pendidikan sangat bermakna bagi kehidupan individu, masyarakat, dan suatu bangsa. Pendidikan sebagai gejala manusiawi dan sekaligus upaya sadar, didalamnya tidak terlepas dari keterbatasan-keterbatasan yang dapat melekat pada peserta didik, pendidik, interaksi pendidikan, serta pada lingkungan dan sasaran pendidikan. Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua faktor, yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas pendidikan yang disediakan untuk memberikan pelayanan atas perkembangannya. Meskipun ada tendensi pandangan modern yang lebih cenderung memberikan tekanan lebih pada pengaruh faktor lingkungan.
Adapun unsur – unsur pendidikan yaitu tujuan pendidikan, pendidik, peserta didik, kurikulum, alat pendidikan dan lingkungan. Namun terdapat unsur yang esensial dari pendidikan itu sendiri yaitu peserta didik dan pendidik. Dalam membentuk manusia seutuhnya manusia sangatlah membutuhkan pendidikan.
Dengan latar belakang yang telah terurai diatas penulis ingin membuat sebuah makalah yang temanya Hakikat Pendidikan, dengan judul “Peran Penting Pendidikan Membentuk Manusia Sejati”.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari latar belakang tersebut adalah:
1.    Apa pengertian, unsur-unsur, serta hakikat pendidikan?
2.    Bagaimana pentingnya pendidikan?
3.    Bagaimana agama menekankan umatnya untuk memperoleh pendidikan?
4.    Apa cara yang dapat dilakukan dalam membentuk manusia sejati?

C.    Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.    Menjelaskan pengertian, unsur-unsur, serta hakikat pendidikan.
2.    Menjelaskan  pentingnya pendidikan.
3.    Menjelaskan penekanan agama terhadap umatnya dalam memeperoleh pendidikan.
4.    Menjelaskan  cara yang dapat dilakukan dalam membentuk manusia sejati.


BAB II
PEMBAHASAN

A.           Pengertian Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata Pedagogia (Yunani) yang terdiri dari kata Paedos (anak) dan Agoge (saya membimbing) yang menunjuk kepada seorang pelayan pada zaman Yunani kuno yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anak ke dan dari sekolah.
Dalam pengertian yang sederhana dan umum, pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.
Kalangan para ahli berpendapat tentang hakikat pendidikan dan batasan pengertiannya dan kesemuanya itu sejalan dengan isi hati mereka, menurut arah pandangan, pemahaman terhadap hakikat kehidupan dan tujuan hidup itu.
Ditinjau dari segi Bahasa (Etimologi) pendidikan berasal dari beberapa bahasa diantaranya :
1. Bahasa Yunani
Berasal dari kata Pedagogi, yaitu dari kata “paid” artinya anak dan “agogos” artinya membimbing. Itulah sebabnya istilahpedagogi dapat diartikan sebagai “ilmu dan seni mengajar anak (the art and science of teaching children).
2.   Bahasa Romawi
Berasal dari kata “educare”, yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan di dunia.
3.   Bangsa Jerman
Berasal dari kata “Erziehung” yang setara dengan “educare”, yaitu : membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan/potensi anak.


4.   Bahasa Jawa
Berasal dari kata “panggulawentah” (pengolahan), mengolah, mengubah kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran, kemauan dan watak, mengubah kepribadian sang anak.
            Berdasarkan etimologi bahasa tersebut dapat diketahui bahwa pendidikan itu adalah ilmu mengajar dan mengolah potensi yang ada dalam dirinya.
Menurut Undang-Undang
1. UU SISDIKNAS No. 2 tahun 1989 : “Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”.
2.   UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003:Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
3.   GBHN, pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan menurut para ahli itu diantaranya:
1.   Menurut para ahli, definisi pendidikan adalah “Berbagai upaya dan usaha yang dilakukan orang dewasa untuk mendidik nalar peserta didik dan mengatur moral mereka” (Warta Politeknik Negeri Jakarta, April 2007)
2.   Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, 1889-1959) merumuskan pengertian pendidikan sebagai berikut: “Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti ( karakter, kekuatan bathin), pikiran (intellect) dan jasmani anak-anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam selaras dengan alam dan masyarakatnya.
3.   Darmaningtyas mengatakan tentang difinisi pendidikan yaitu pendidikan sebagai usaha dasar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup dan kemajuan yang lebih baik.
4.   Ahmad D. Marimba, education is guidace manner conscius by to teach toward change bodily and spiritual natalis clestiny formend personality who excellent (Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama).
5.   S.A. Bratanata dkk, pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan baik langsung maupun dengan cara yang tidak langsung untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaan.
6.   Drs. Wasty Soemanto. M.Pd, pendidikan adalah proses pembelajaran yang menghasilkan pengalaman yang memberikan kesejahteraan pribadi, baik lahir maupun bathiniah.
7.   Prof. Dr. Dedi Supriadi, pendidikan merupakan salah satu fungsi yang harus dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya oleh keluarga dan masyarakat secara terpadu dengan berbagai institusi yang memang diadakan dengan sengaja untuk mengembangkan fungsi pendidikan.
8.   Dr. Sutari Imam Bernadib, pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup atau kemajuan yang lebih baik.
9.   Driyarkara, pendidikan adalah pemanusiaan manusia muda . pengangkatan manusia muda ke taraf insani.
10.  Djayakarta, pendidikan adalah memanusiakan manusia muda, maksudnya pengangkatan manusia muda ke tahap insani. Inilah yang menjelma dalam semua perbuatan mendidik, dan lain-lain.
11.  Prof. Richey, pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas dari pada proses yang berlangsung didalam sekolah saja.
12.  John Dewey, pendidikan dalah rekonstruksi atau reorganisasi pengalaman yang menambah makna pengalaman, dan yang menambah kemampuan untuk mengrahkan pengalaman selanjutnya.
13.  Brubacher, pendidikan dapat diartikan sebagai proses timbal balik dari tiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam, dengan teman, dan dengan alam semesta.
Berdasarkan pendapat di atas disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses yang dilakukan untuk memanusiakan manusia agar berkembang seluruh aspek potensi baik jasmani maupun rohaninya untuk mencapai kedewasaan.

Unsur – unsur Pendidikan
Terlepas dari berbagai macam definisi pendidikan yang diutarakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa pendidikan mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
1. Usaha
Pendidikan mengandung unsur usaha. Hal ini dibutuhkan untuk mencapai sebuah tujuan yang telah direncanakan.
2.   Tujuan
Pendidikan harus memiliki sebuah tujuan yang jelas. Hal ini diperlukan untuk terfokusnya sistem pendidikan yang berlangsung.
3.   Lingkungan
Pendidikan harus memiliki suatu lingkungan tertentu. Tanpa adanya lingkungan tersebut, maka pendidikan yang berlangsung akan berjalan dengan tidak teratur.
4.   Kesengajaan
Pendidikan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sengaja dan sadar.
          Menurut pandangan Paula Freire pendidikan adalah proses pengaderan dengan hakikat tujuannya adalah pembebasan. Hakikat pendidikan adalah kemampuan untuk mendidik diri sendiri.

Hakikat Pendidikan
Dalam konteks ajaran Islam hakikat pendidikan adalah mengembalikan nilai-nilai ilahiyah pada manusia (fitrah) dengan bimbingan Alquran dan As-Sunnah (Hadits) sehingga menjadi manusia berakhlakul karimah (insan kamil).
         Dengan demikian hakikat pendidikan adalah sangat ditentukan oleh nilai-nilai, motivasi dan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Maka hakikat pendidikan dapat dirumuskan sebagi berikut:
1. Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai keseimbangan
antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidikan.
2.   Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi lingkungan yang mengalami perubahan yang semakin pesat;
3.   Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat;
4.   Pendidikan berlangsung seumur hidup;Pendidikan merupakan kiat dalam
menerapkan prinsip-prinsip ilmu.
          Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan mempunyai peranan yang amat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa. Dalam rangka mewujudkan pembangunan Nasional maka dalam sistem pendidikan dicantumkan bahwa  pendidikan Nasional adalah erupkan suatu bentuk usaha bangsa Indonesia untuk  membentuk manusia Pancasila sebagaimanusia pembangunan yang tinggi  kualitasnya dan memiliki kemampuan untuk mandiri dan bertanggung jawab serta pemberian dukungan  bagi perkembangan masyarakat  bangsa dan negara Indonesia yang terwujud dalam ketahanan Nasional  yang tangguh dan emngandung  terwujudnya kemampuan bangsa menangkal setiap ajaran, faham dan ideologi yang bertentangan dengan Pancasila (UU Sistem Pendidikan Nasional, 1989). Dengan demikian dapat difahami bahwa sesungguhnya pendidikan adalah merupakan usaha sadar yang dilaksanakan untuk memungkinkan manusia Indonesia dapat mempertahankan  dan mengembangkan kehidupannya dimasa yang akan datang serta mengembangkan diri secara terus menerus dari satu generasi kegenerasi lainnya. Pendidikan kemudian berarti sebagai salah satu bentuk upaya dalam pembangunan yang  sekaligus menjadi alat  dan tujuan yang amat penting dalam perjuangan mencapai cita-cita dan tujuan Nasional.
Secara umum menurut H. A. R. Tilaar hakikat pendidikan  mempunyai beberapa komponen sebagai berikut:
a.   Pendidikan adalah merupakan suatu proses berkesinambungan
Proses berkesinambungan yang terus menerus dalam arti adanya interaksi dalam lingkungannya. Lingkungan tersebut berupa lingkungan manusia, lingkungan sosial, lingkungan budayanya dan ekologinya. Proses pendidikan adalah proses penyelamatan kehidupan sosial dan penyelamatan lingkungan yang memberikan jaminan hidup yang berkesinambungan.
b.  Proses Pendidikan berarti menumbuh kembangkan eksistensi manusia
Eksistensi atau keberadaan manusia adalah suatu keberadaan interaktif. Eksistensi manusia selalu berarti dengan hubungan sesama manusia baik yang dekat maupun dalam ruang lingkup yang semakin luas dengan sesama manusia di dalam planet bumi ini. Proses pendidikan bukan hanya mempunyai dimensi lokal tetapi juga berdimensi nasional dan global.
c.   Eksistensi manusia yang memasyarakat
Proses pendidikan adalah proses mewujudkan eksistensi manusia yang memasyarakat. Jauh Dewey mengatakan bahwa tujuan pendidikan tidak berada di luar proses pendidikan itu tetapi di dalam pendidikan sendiri karena sekolah adalah bagian dari masyarakat itu sendiri. Apabila pendidikan di letakkan di dalam tempatnya yang sebenarnya ialah sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia yang pada dasarnya adalah kehidupan bermoral.
d.  Proses Pendidikan dalam masyarakat yang berbudaya
Inti dari kehidupan bermasyarakat adalah nilai-nilai. Nilai-nilai tersebut perlu dihayati, dilestarikan, dikembangkan dan dilaksanakan oleh seluruh anggota masyarakatnya. Penghayatan dan pelaksanaan nilai-nilai yang hidup, keteraturan dan disiplin para anggotanya. Tanpa keteraturan dan disiplin maka suatu kesatuan hidup akan bubar dengan sendirinya dan berarti pula matinya suatu kebudayaan.
e.  Proses yang memiliki dimensi ruang dan waktu
Dengan dimensi waktu, proses tersebut mempunyai aspek-aspek historisitas, kekinian dan visi masa depan. Aspek historisitas berarti bahwa suatu masyarakat telah berkembang di dalam proses waktu, yang menyejarah, berarti bahwa kekuatan-kekuatan historis telah menumpuk dan berasimilasi di dalam suatu proses kebudayaan. Proses pendidikan adalah proses pembudayaan. Dan proses pembudayaan adalah proses pendidikan. Menggugurkan pendidikan dari proses pembudayaan merupakan alienasi dari hakikat manusia dan dengan demikian alienasi dari proses humanisasi. Alienasi proses pendidikan dari kebudayaan berarti menjauhkan pendidikan dari perwujudan nilai-nilai moral di dalam kehidupan manusia.

Hakikat pendidikan itu dapat dikategorisasikan dalam dua pendapat yaitu pendekatan epistemologis dan pendekatan ontologi atau metafisik. Kedua pendekatan tersebut tentunya dapat melahirkan jawaban yang berbeda-beda mengenai apakah hakikat pendidikan itu.
Di dalam pendidikan epistemologis yang menjadi masalah adalah akar atau kerangka ilmu pendidikan sebagai ilmu. Pendekatan tersebut mencari makna pendidikan sebagai ilmu yaitu mempunyai objek yang akan merupakan dasar analisis yang akan membangun ilmu pengetahuan yang disebut ilmu pendidikan. Dari sudut pandang pendidikan dilihat sebagai sesuatu proses yang interen dalam konsep manusia. Artinya manusia hanya dapat dimanusiakan melalui proses pendidikan.
Berbagai pendapat mengenai hakikat pendidikan dapat digolongkan atas dua kelompok besar yaitu :
1.   Pendekatan reduksionisme
Dalam hal ini akan dibicarakan berbagai pendekatan reduksionaisme sebagai
berikut :
a.   Pendekatan pedagogis / pedagogisme
 Titik tolak dari teori ini ialah anak yang akan di besarkan menjadi manusia dewasa. Pandangan ini apakah berupa pandangan nativisme schopenhouer serta menganut penganutnya yang beranggapan bahwa anak telah mempunyai kemampuan-kemampuan yang dilahirkan dan tinggal di kembangkan saja.
b.  Pendekatan Filasofis/religionisme
Anak manusia mempunyai hakikatnya sendiri dan berada dengan hakikat orang dewasa. Oleh sebab itu, proses pendewasaan anak bertitik tolak dari anak sebagai manusia yang mempunyai tingkat-tingkat perkembangan sendiri.
c.   Pendekatan religius/religionisme
 Pendekatan religious/religionisme dianut oleh pemikir-pemikir yang                                                  melihat hakikat manusia sebagai makhluk yang religious. Namun demikian kemajuan ilmu pengetahuan yang sekuler tidak menjawab terhadap kehidupan yang bermoral.
d. Pendekatan psikologis/psikologisme
   Pandangan-pandangan pedagogisme seperti yang telah diuraikan telah lebih memacu masuknya psikologi ke dalam bidang ilmu pendidikan hal tersebut telah mempersempit pandangan para pendidik seakan-akan ilmu pendidikan terbatas kepada ilmu mengajar saja.
e.   Pendekatan negativis/negativisme
    Pendidikan ialah menjaga pertumbuhan anak. Dengan demikian  pandangan negativisme ini melihat bahwa segala sesuatu seakan-akan  telah tersedia di dalam diri anak yang bertumbuh dengan baik apabila tidak dipengaruhi oleh hal-hal yang merugikan pertumbuhan tersebut.
f.   Pendekatan sosiologis/sosiologismu
    Pandangan sosiologisme cenderung berlawanan arah dengan pedagogisme. Titik tolak dari pandangan ini ialah prioritas kepada kebutuhan  masyarakat dan bukan kepada kebutuhan individu
   Peserta didik adalah anggota masyarakat. Dalam sejarah perkembangan      manusia kita lihat bahwa tuntutan masyarakat tidak selalu etis. Versi yang lain dari pandangan ini ialah develop mentalisme. Proses pendidikan diarahkan kepada pencapaian target-target tersebut dan tidak jarang nilai-nilai kemanusiaan disubordinasikan untuk mencapai target pembangunan. Pengalaman pembangunan Indonesia selama Orde Baru telah mengarah kepada paham developmentalisme yang menekan kepada pencapaian pertumbuhan yang tinggi, target pemberantasan buta huruf, target pelaksanaan wajib belajar 9 dan 12 tahun.
2.   Pendekatan holistik integratif




B.   Pentingnya Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Sehingga menjadi seorang yang terdidik itu sangat penting. Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Seorang anak yang disayangi akan menyayangi keluarganya ,sehingga anak akan merasakan bahwa anak dibutuhkan dalam keluarga. Sebab merasa keluarga sebagai sumber kekuatan yang membangunya.Dengan demikian akan timbul suatu situasi yang saling membantu,saling menghargai,yang sangat mendukung perkembangan anak. Di dalam keluarga yang memberi kesempatan maksimum pertumbuhan,dan perkembangan adalah orang tua.Dalam lingkungan keluarga harga diri berkembang karena dihargai,diterima,dicintai,dan dihormati sebagai manusia . Itulah pentingnya mengapa kita menjadi orang yang terdidik di lingkungan keluarga. Orang tua mengajarkan kepada kita mulai sejak kecil untuk menghargai orang lain.
Sedangkan di lingkungan sekolah yang menjadi pendidikan yang kedua dan apabila orang tua mempunyai cukup uang maka dapat melanjutkannya ke jenjang yang lebih tinggi dan akan melanjutkan ke Perguruan Tinggi kemudian menjadi seorang yang terdidik . Alangkah pentingnya pendidikan itu. Guru sebagai media pendidik memberikan ilmunya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Peranan guru sebagai pendidik merupakan peran  memberi bantuan dan dorongan ,serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak  agar anak dapat mempunyai rasa tanggung jawab dengan apa yang dia lakukan. Guru juga harus berupaya agar pelajaran yang diberikan selalu cukup untuk menarik minat anak .
Selain itu peranan lingkungan masyarakat juga penting bagi anak  didik . Hal ini berarti memberikan gambaran tentang bagaimana kita hidup bermasyarakat.Dengan demikian bila kita berinteraksi dengan masyarakat maka mereka akan menilai kita,bahwa  tahu mana orang yang terdidik,dan  tidak terdidik. Di zaman Era Globalisasi diharapkan generasi muda bisa mengembangkan ilmu yang didapat sehingga tidak ketinggalan dalam perkembangan zaman. Itulah pentingnya menjadi seorang yang terdidik baik di lingkungan Keluarga,Sekolah,dan Masyarakat.


C.    Islam Menekankan Pendidikan
Sebagai agama, Islam memiliki ajaran yang lebih sempurna dan komprehensif. Sebagai agama yang sempurna, Islam dipersiapkan untuk menjadi pedoman hidup sepanjang zaman. Islam tidak hanya mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di akhirat, ibadah dan penyerahan diri kepada Allah saja. Melainkan juga mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat, termasuk di dalamnya mengatur masalah pendidikan.
Sumber utama untuk mengatur kehidupan dunia dan akhirat tersebut adalah al-Qur’an dan  Sunnah. Sebagai sumber ajaran, al-Qur’an sebagaimana telah dibuktikan oleh para peneliti ternyata menaruh perhatian yang besar terhadap masalah pendidikan dan pengajaran. Demikian pula dengan hadis, sebagai sumber ajaran Islam, diakui memberikan perhatian yang amat besar terhadap masalah pendidikan.
Di dalam al-Qur’an dengan sangat jelas Allah Swt berjanji akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu dan beriman: Yarfa’illahulladzina amanu walladzina utul ’ilma darajat (QS. QS. Al-Mujadilah [58]: : 11). Ayat ini menunjukkan bahwa proses memperoleh ilmu atau pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi. Di samping itu, ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah Swt. Ayat di atas adalah sebagian kecil dari contoh betapa agama Islam sangat memandang ilmu sebagai alat yang penting dalam kehidupan. Banyak sekali kata-kata atau perintah-perintah di dalam al-Qur’an yang menunjukkan agar manusia ini berilmu, berpikir, merenung dan sebagainya.
Kalau ditelisik lebih jauh, sebenarnya aktivitas pendidikan telah dan akan terus berjalan semenjak manusia pertama ada di dunia sampai berakhirnya kehidupan di muka bumi ini. Bahkan kalau ditarik mundur lebih jauh lagi, kita akan dapatkan bahwa pendidikan telah mulai berproses semenjak Allah swt. menciptakan manusia pertama Adam di surga dimana Allah telah mengajarkan kepada beliau semua nama-nama yang oleh para malaikat belum dikenal sama sekali (QS Al Baqarah: 31-33).
Tidak hanya di dalam Al-Qur’an saja, hadis-hadis Nabi Muhammad Saw. pun banyak berbicara tentang pentingnya ilmu. Nabi Muhammad Saw. telah mencanangkan program pendidikan seumur hidup (long life education), sebagaimana hadis Uthlubul ’Ilma Minal Lahdi Ilal Mahdi (Carilah ilmu sejak dari ayunan hingga liang kubur). Nabi Muhammad Saw. mewajibkan bagi orang Islam, baik laki-laki maupun perempuan untuk menuntut ilmu (Thalabul ’Ilmi Faridhatun ’ala kulli muslimin wa muslimatin).
Nabi Muhammad Saw. Juga pernah bersabda: ”Carilah ilmu sampai ke negeri Cina” (Uthlubul ’Ilma walau bissin). Hadis ini merupakan indikasi nyata urgensi pendidikan. Ketika Rasulullah menganjurkan untuk belajar sampai ke negeri Cina tentu bukan harus belajar tafsir di sana, sebab bukan tempatnya. Begitu juga di Cina bukan tempat untuk belajar shalat ataupun menunaikan zakat. Cina pada zaman Nabi Muhammad SAW, 14 abad silam, adalah negara yang sudah maju dalam ilmu pengetahuan, teknologi, industri, dan perdagangan. Sehingga, Rasulullah menyuruh umatnya untuk belajar teknologi, perdagangan, dan industri sekalipun kepada orang yang berbeda keyakinan. Begitu istimewanya pendidikan dalam Islam sampai diperbolehkan oleh Rasulullah untuk iri kepada mereka.
Khasanah Islam lainnya dalam sejarah para sahabat pun mengisahkan tentang pentingnya ilmu. Ada suatu kisah dari Muadz bin Jabal Ra. Beliau berkata: “Andaikata orang yang berakal itu mempunyai dosa pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya dia cenderung masih bisa selamat dari dosa tersebut. Namun sebaliknya, andaikata orang bodoh itu mempunyai kebaikan dan kebajikan pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya ia cenderung tidak bisa mempertahankannya sekalipun hanya seberat biji sawi.”
Ada yang bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Ia menjawab, “Sesungguhnya jika orang berakal itu tergelincir, maka ia segera menyadarinya dengan cara bertaubat, dan menggunakan akal yang dianugerahkan kepadanya. Tetapi orang bodoh itu ibarat orang yang membangun dan langsung merobohkannya karena kebodohannya ia terlalu mudah melakukan apa yang bisa merusak amal salihnya.”
Orang berakal tahu mana yang baik dan buruk. Bila ia melakukan kesalahan maka ia akan langsung sadar dan segera memperbaiki. Sedangkan orang bodoh, meskipun ia telah berbuat baik, namun bisa jadi ia akan melakukan kesalahan yang fatal karena kebodohannya.
Kebodohan adalah salah satu faktor yang menghalangi masuknya cahaya Islam. Oleh karena itu, manusia butuh terapi agar menjadi makhluk yang mulia dan dimuliakan oleh Allah Swt. Kemuliaan manusia terletak pada akal yang dianugerahi Allah.
Akal ini digunakan untuk mendidik dirinya sehingga memiliki ilmu untuk mengenal penciptanya dan beribadah kepada-Nya dengan benar. Itulah sebabnya Rasulullah Saw. menggunakan metode pendidikan untuk memperbaiki manusia, karena dengan pendidikanlah manusia memiliki ilmu yang benar. Dengan demikian, ia terhindar dari ketergelinciran pada maksiat, kelemahan, kemiskinan dan terpecah belah.
Walhasil, diakui dengan jelas bahwa pendidikan merupakan jembatan yang menyeberangkan orang dari keterbelakangan menuju kemajuan, dan dari kehinaan menuju kemuliaan, serta dari ketertindasan menjadi merdeka. Dan yang tak kalah penting adalah menjadikan manusia yang fana ini ’abadi’.
Orang yang memiliki ilmu, well-educated, well-versed dan bermanfaat ilmunya, ia akan dikenal meski ia telah mati. Ia akan abadi namanya, meski jasadnya sudah tiada. Pendidikanlah yang menjadikan ia abadi. Pendidikan mengabadikan yang fana. Itulah ajaran agama. Sejarah telah membuktikan hal itu.
Manusia mendapat kehormatan menjadi khalifah di muka bumi untuk mengolah alam beserta isinya. Hanya dengan ilmu dan iman sajalah tugas kekhalifahan dapat ditunaikan menjadi keberkahan dan manfaat bagi alam dan seluruh makhluk-Nya. Tanpa iman akal akan berjalan sendirian sehingga akan muncul kerusakan di muka bumi dan itu akan membahayakan manusia. Demikian pula sebaliknya iman tanpa didasari dengan ilmu akan mudah terpedaya dan tidak mengerti bagaimana mengolahnya menjadi keberkahan dan manfaat bagi alam dan seisinya.

D.           Membentuk Manusia Sejati
Menjadi manusia yang sebenar-benarnya (jalma sejati), atau manusia sejati merupakan sebuah usaha yang sulit. Diperlukan usaha yang lebih untuk dapat mewujudkannya daripada sekedar belajar ilmu keduniawian. Bahwa manusia merupakan pertemuan dua sifat, yaitu sifat ketuhanan dan nafsu memang benar. Dengan adanya nafsu itulah manusia menjadi makhluk Tuhan yang konon paling sempurna. Dengan nafsu manusia mampu menjadi makhluk mulia melebihi malaikat, akan tetapi dengan nafsu yang tak terkendali, nafsu yang diumbar, akan menjadikan manusia makhluk yang bahkan lebih rendah daripada binatang. Itulah nafsu. Allah SWT menjadikan nafsu sebagai alat ukur untuk mengamati tingkatan seseorang.
Kemudian sifat ketuhanan (sifat ilahi) yang ada pada diri manusia sesungguhnya adalah sebagai pengontrol nafsu. Alat ini dipicu oleh akal, yang juga merupakan salah satu faktor yang membuat manusia konon merupakan makhluk Tuhan paling sempurna. Dengan akal manusia berpikir, yang membuat manusia cerdas, mampu membedakan benar salah, halal haram, ataupun hal-hal lainnya. Dengan akal manusia mampu mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang ada di benaknya, menguak misteri dunia, memecahkan rahasia-rahasia Tuhan yang tersebar di dunia ini, dan seterusnya, hingga memikirkan kematian.
Untuk menjadi manusia sejati, sebenarnya lebih dari kalimat pembukaan di atas. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan pertimbangan bagi manusia untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
1. Cerdas
Seperti yang telah diutarakan di atas, bahwa dengan akal, manusia mampu berpikir, dan kemudian membuat manusia cerdas. Dibutuhkan kecerdasan untuk memikirkan segala hal di dunia ini. Halal haram, benar salah, dan hal-hal lainnya.
Untuk menjadi cerdas, manusia perlu berusaha. Semua manusia diciptakan untuk menjadi cerdas, asal mau berusaha, yaitu belajar dan berdoa. Kecerdasan dunia (ilmu-ilmu duniawi) lebih mudah diraih daripada kecerdasan spiritual. Butuh usaha yang lebih untuk memperoleh kecerdasan spiritual. Pada intinya kecerdasan spiritual merupakan penyeimbang kecerdasan duniawi, karena kecerdasan duniawi tanpa kecerdasan spiritual menjadikan manusia cerdas tapi tidak mengenal iman. Kecerdasan spiritual dapat diperoleh dengan mempelajari ilmu agama atau kebudayaan (kearifan lokal).

2.   Sungguh-sungguh
Segala sesuatu diawali dengan niat. Dengan niat menjadikan manusia lebih sungguh-sungguh akan sesuatu.
3.   Sabar
Konsep “alon-alon waton klakon” adalah sebuah nasihat yang baik bagi manusia. Buktinya konsep ini tidak hanya ada di Indonesia, tapi juga ada di luar negeri (Inggris atau Amerika), dengan slow but sure. Akan tetapi konsep ini sering disalahartikan sebagai konsep pemalas. “Yang penting”, adalah pengertian keliru yang selama ini melekat pada nasihat lawas ini.
Alon-alon waton klakon, adalah pelajaran tentang kesabaran akan sesuatu. Segala sesuatu jika dikerjakan dengan terburu-buru hasilnya tentu tidak baik. Pun dalam menuntut ilmu. Bahwa bagaimana bersungguh-sungguh untuk mendapatkan sesuatu, serta prosesnya, adalah yang ingin disampaikan oleh nasihat ini. Sebagai contoh, mahasiswa yang mendapat nilai C, kemudian mengulang tahun berikutnya hingga memperoleh nilai A atau B, itu adalah proses. Dengan mengulang, seorang mahasiswa akan memperoleh pendalaman ilmu yang belum terlalu dipahami. Itulah sebenarnya “alon-alon waton klakon”, sabar dalam segala hal.
4. Modal
Modal, dalam hal ini adalah dana. Mengapa? Untuk menempuh pendidikan, atau menuntut ilmu, tentunya membutuhkan dana yang tidak sedikit. Oleh karena itu, jadilah manusia cerdas, karena kecerdasan mampu mendatangkan rejeki.
5.   Guru
“nanging yen sira anggeguru kaki, amiliya manungsa kang nyata ingkang becik martabate, sarta kang wruh ing kukum, kang ngibadah lan kang wirangi, sukur oleh wong tapa, ingkang wus amungkul, iku pantes sira guronono kaki, sartane kawruhana”
Satu lagi nasihat dari leluhur, bahwa guru adalah hal yang terpenting untuk membentuk karakter manusia. Akan tetapi, tidak mudah untuk mencari guru sejati. Guru sejati tidak hanya mengajar, tapi juga mendidik. Dalam sebuah teori pendidikan, guru merupakan salah satu unsur pembentuk karakter manusia, disamping lingkungan (keluarga, masyarakat). Carilah guru yang pantas untuk digugu lan ditiru (dipatuhi dan ditiru), bukan guru yang wagu tur saru (tak pantas dan sembarangan).
Dalam tembang di atas, digambarkan untuk mencari guru sejati itu sulit, terutama untuk era sekarang ini. Apalagi mencari guru yang baik pekertinya, tahu sopan santun, yang beriman dan percaya kepada Tuhan, guru yang kuat mental spiritualnya. Namun ketika menemukan guru yang seperti itu, ambillah ilmu darinya.
6. Waktu
Waktu berhubungan dengan sabar. Tentunya untuk mencari ilmu yang lebih, tentu membutuhkan waktu yang lebih baik, dan itu membutuhkan kesabaran yang lebih. Carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat, atau tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina, adalah dua pesan Nabi Muhammad yang bisa digunakan untuk menggambarkan aspek “waktu” ini.



BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa :
1.             Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan.Di zaman Era Globalisasi diharapkan generasi muda bisa mengembangkan ilmu yang didapat sehingga tidak ketinggalan dalam perkembangan zaman. Itulah pentingnya menjadi seorang yang terdidik baik di lingkungan Keluarga,Sekolah,dan Masyarakat.
2.             Tanpa iman akal akan berjalan sendirian sehingga akan muncul kerusakan di muka bumi dan itu akan membahayakan manusia. Demikian pula sebaliknya iman tanpa didasari dengan ilmu akan mudah terpedaya dan tidak mengerti bagaimana mengolahnya menjadi keberkahan dan manfaat bagi alam dan seisinya.
3.             Menjadi manusia yang sebenar-benarnya (jalma sejati), atau manusia sejati merupakan sebuah usaha yang sulit. Diperlukan usaha yang lebih untuk dapat mewujudkannya daripada sekedar belajar ilmu keduniawian. Diperlukan beberapa hal yang dapat dijadikan pertimbangan bagi manusia untuk menjadi pribadi yang lebih baik yaitu cerdas, sungguh-sungguh, sabar, modal, guru, dan waktu. 
Hidayat, Dudung Rahmat.Hakikat pendidikan. (online)
sumber: Pawiti, Sri. 2012. Pengantar Pendidikan. Yogyakarta: Universitas PGRI Yogyakarta.
http://chemistryiskimia.blogspot.com/2012/02/hakikat-pendidikan.html
http://ktp09003.wordpress.com/2010/04/09/hakikat-pendidikan
http://qoronizumalin.blogspot.com/2011/05/hakekat-pendidikan.html
http://umayaika.wordpress.com/2012/04/24/hakikat-pendidikan/,
 http://iksanputroeaceh.wordpress.com/2011/10/24/makalah-ahkikat-pendidikan/,
http://no3vie.wordpress.com/pentingnya-pendidikan-bagi-semua-orang/
http://kafeis.or.id/artikel/motivasi/503-pentingnya-pendidikan-bagi-masa-depan
http://nglengkong.blogspot.com/2011/07/menjadi-manusia-sejati.html,

1 komentar:

  1. Menangkan Jutaan Rupiah dan Dapatkan Jackpot Hingga Puluhan Juta Dengan Bermain di www(.)SmsQQ(.)com

    Kelebihan dari Agen Judi Online SmsQQ :
    -Situs Aman dan Terpercaya.
    - Minimal Deposit Hanya Rp.10.000
    - Proses Setor Dana & Tarik Dana Akan Diproses Dengan Cepat (Jika Tidak Ada Gangguan).
    - Bonus Turnover 0.3%-0.5% (Disetiap Harinya)
    - Bonus Refferal 20% (Seumur Hidup)
    -Pelayanan Ramah dan Sopan.Customer Service Online 24 Jam.
    - 4 Bank Lokal Tersedia : BCA-MANDIRI-BNI-BRI

    8 Permainan Dalam 1 ID :
    Poker - BandarQ - DominoQQ - Capsa Susun - AduQ - Sakong - Bandar Poker - Bandar66

    Info Lebih Lanjut Hubungi Kami di :
    BBM: 2AD05265
    WA: +855968010699
    Skype: smsqqcom@gmail.com

    BalasHapus